Rabu, 29 Oktober 2008

CARA MUDAH MEMBUNUH ORANG

Judul ini saya ambil dari buku Managemen kecerdasan yang ditulis oleh taufiq pasiak, bahwa ternyata sangat gampang membunuh orang yaitu dengan cara memberikan pujian-pujian palsu sampai mabuk kepayang dan akhirnya mati. Fenomena inilah yang saat ini ada dikehidupan. Betapa kita ini sangat alergi terhadap kritik dan haus akan pujian, kita berjalan dengan mendongakkan kepala tampak gugusan langit tergambar kumpulan awan putih yang indah tanpa bisa kita raih, padahal lurus didepan mata banyak kegelisahan, amarah, dan ketidakpuasan, kita tak menyadari bahwa sekecil apapun protes orang lain kepada kita adalah bentuk dari ketidak ridhoan orang lain kepada kita, selayaknya kita dengar dan perhatikan sebagai bahan renungan bahwa ternyata sepak terjang kita selama ini telah melukai orang lain.
Pola hidup seperti ini akan menghilangkan rasa syukur kita kepada Sang Maha Pengasih, kita menutup mata dan telinga pada keadaan yang sebenarnya terjadi.
Bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru dari kita, semua tergantung dari bentuk rasa syukur kita menghadapi hidup, ketika kita mengalami sesuatu yang tidak kita inginkan maka yang pertama harus kita tanamkan adalah mengakui dan menerima segalanya , dan berupaya kembali memperbaiki diri , pada saat pikiran itu menjadi sebuah keyakinan maka Allah akan membukakan jalan dengan menggerakan alam semesta turut memberikan tahapan tindakan untuk kita menjadi lebih baik.
Gresik, 2008
Acak dewi

Selasa, 28 Oktober 2008

BACALAH !

Buku bisa membunuh karakter seseorang. Bisa menjadi candu yang berbahaya.
Dan menumpulkan kepekaan.
Ini kutemui ketika aku mengalami pergesekan dengan seorang senior yang diberi julukan oleh teman-teman sang “resi “, karena setiap kata-katanya tak pernah lepas dari alenia buku yang dibacanya. Sejak usia muda dia tergila-gila dengan lembar halaman yang ditulis seorang penulis, segala hal pastilah dia cari didalam buku. Beruntung sekali dia dilahirkan di sebuah keluarga berkecukupan sehingga tak ada kesulitan ketika dia harus memuaskan keinginannya untuk berburu buku .
Pada awalnya aku terpesona mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti rangkaian mawar harum, indah dan memikat. Kami sering berdiskusi berjam-jam membahas kejadian-kejadian di sekitar kami.
Tapi akhir-akhir ini aku melihat ada yang berubah dari raut mukanya, hampir dua minggu ini parasnya keruh, menambah kerutan dari wajahnya yang tirus, ditambah lagi rambutnya ikal seperti melayang-layang karena tak tersentuh minyak rambut yang biasanya bertengger mengkilap dirambutnya. Aku makin miris ketika istrinya menelpon berkeluh kesah karena kelakuan sang “resi” semakin aneh, setiap pagi sang “resi” selalu punya ritual memakai daster miliknya dan duduk di pojok teras, menyedot rokok , tak lupa ada buku ditangannya. Kalau sudah begitu sang ‘resi” takan perduli apapun tenggelam dan tak muncul dikesadaran.
Semua berawal sejak butik istrinya terbakar disalah satu mal. Memang selama ini istrinyalah yang menjadi tulang punggung keuangan rumah tangganya, dan sang “resi” ini bekerja sebagai tutor di lembaga bimbingan belajar di sudut kota. Dia mengeluh kepadaku karena masalah ini belum ditemukan solusinya didalam buku, memang ada beberapa kiat dan trik- membuka usaha baru yang ditawarkan beberapa buku yang dibacanya, tetapi semuanya tak ada yang mendasar dan mudah untuk dilakukan. Dan dia merasa tak mampu melakukanya.
Usaha mencari jawaban terus dilakukanya dengan berburu buku di berbagai outlet buku dikota ini bahkan sampai ke luar kota , ini tidak saja membuatnya kehabisan tenaga tetapi sekaligus membuat pundit-pundi keuangan rumah tangganya bertambah morat-marit. Melihat kondisi seperti ini salah satu temanku bernama masnan memberinya solusi berdasarkan pengalaman masnan bergulat dengan kesulitan hidup yang dijalaninya dengan gigih, mengantarkannya menduduki jabatan menager di sebuah perusahaan miliknya sendiri.,dari hasil pembicaran itu tercetuslah ide untuk membuka usaha bimbingan belajar dirumah sang resi sesuai disiplin ilmu yang “ resi “ kuasai. Pasarnya adalah anak-anak sekitar komplek perumahan yang merasa kesulitan belajar. Dan untuk istrinya disarankan membuka toko kecil disudut rumah dari sisa-sisa barang butiknya yang tidak ikut terbakar. Ide ini sebenarnya sederhana dan mungkin setiap orang bisa mencetuskannya. Namun bagi sang “resi” ini sangat spektakuler. Sang “resi” terkagum-kagum bahkan bertanya dari buku karangan siapa masnan memperolehnya, dengan tersenyum enteng masnan menjawab ide itu dia peroleh sejak dia berusia 9 tahun ketika Ayahnya meninggal dunia dan dia menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dan bukunya berjudul kesulitan hidup.
Dengan konsultan masnan usaha bimbingan belajar sang “resi” berjalan lancar bahkan maju pesat, murid-murid yang belajar ditempatnya bertambah setiap bulannya.
Dengan bantuan masnan pula kini sang “resi” menyewa sebuah bangunan sederhana disamping rumahnya yang kebetulan kosong untuk bimbingan belajar dan merekrut beberapa tutor dari berbagai disiplin ilmu termasuk aku turut bergabung menjadi salah satu tutor untuk memenuhi kebutuhan murid-muridnya. Begitu juga usaha istrinya berdasarkan pengalamanya berdagang, tokonya menjadi kios favorit ibu-ibu komplek perumahan.
Perlahan –lahan perekonomian sang “resi “ berubah lebih baik. Namun tidak semuanya berubah, kebiasaan sang :resi” berburu buku juga turut meningkat, semua hal permasalahan didalam bimbingan belajarnya dicarinya didalam buku, sebagian waktunya terkuras untuk mencari teori bagaimana membuat usaha bimbingan belajarnya bertambah maju. Teori demi teori dia jalankan bahkan kini mulai mengarah pada rekan-rekan tutornya yang sang “resi” harapkan sama idealnya dengan teori yang ada dibuku yang dibacanya. Kritikpun mulai dia lontarkan baik melalui lisan sampai pada surat yang langsung ditujukan pada rekan-rekan tutor.pada awalnya semua menyambut dengan baik karena ini merupakan kritik yang membangun tapi semuanya akhirnya terlalu berlebihan tak ada yang luput dari kritikan bahkan untuk hal yang sepele sekalipun. Suasana pembelajaranpun menjadi gerah karena disudut-sudut ruangan telah terpasang berbagai teori yang dikutip sang “ resi” dari sebuah buku . yang lebih parah lagi sang “resi “ tak ada waktu lagi untuk mengajar ilmu kepada murid-murid ,waktunya banyak dihabiskan untuk membaca dan menelaah bacaan dibuku yang tak pernah lepas dari tangannya. Muridnyapun hanya diberi tugas mengobservari buku-buku miliknya yang disediakannya di ruangan kelas bimbingan belajarnya.
Satu demi satu muridnya tidak betah lagi belajar di bimbingan ini, perlahan tapi pasti murid-murid mundur dan tak lagi datang dikelas karena mereka merasa tak memperoleh ilmu yang mereka butuhkan. Rekan-rekan tutorpun merasa tak lagi respek padanya karena apa yang sang “ resi’ katakan dan tuliskan tak sesuai dengan apa yang dia kerjakan. Kata-kata yang keluar dari mulut sang “resi” hanya melayang-layang diudara tak pernah sampai kebumi, tak menyentuh kalbu bagi yang mendengar. Akhirnya semua berjalan sendiri-sendiri hingga pada titik jenuh kelas bimbingan belajar perlahan mulai kosong dan rekan-rekan tutorpun mulai mengundurkan diri,memilih mengajar ditempat lain. Keadaan ini tak juga disadari oleh sang “resi” dia beranggapan untuk apa bekerja dengan orang-orang yang tak sevisi dengannya, yang seharusnya dia lebih banyak mendekati rekan-rekan untuk berdialog dan mencari jalan keluar dari kemacetan ini malah disikapinya dengan arogan seakan-akan tak lagi membutuhkan rekan-rekan kerja yang sudah sekian lama bekerjasama membangun bimbingan belajar ini.
Sinyal-sinyal yang ditampakan oleh orang-orang disekelilingnyapun tak lagi bisa ditangkapnya. kepekaanya menjadi tumpul. Ketika dia tersadar semuanya sudah terlambat,lembaga bimbingan belajarnya hampir roboh .
Kembali dia mendatangi masnan meminta saran bagaimana mengatasi semuanya, masnan pun sekali lagi memberi saran : “ Membaca merupakan sarana pembelajaran manusia untuk dapat mendalami kualitas dirinya sehingga ia dapat menjaga perannya sebagai khalifah di bumi. untuk sementara berhentilah membaca buku teks dan bacalah apa yang tampak disekitarmu. Istri,anak, orang tua, tetangga, teman dan lingkunganmu. Temukan pertanyaan dan sekaligus jawaban tentang mereka maka akan terbentanglah semua ilmu yang kau butuhkan. Dan bergurulah pada kesulitan karena Allah menjanjikan kemudahan setelah kesulitan .kejar dan maknailah “.

Gresik, 2008
Acak dewi

AIR YANG MENGALIR

Aku menemukan getaran cinta
Lewat mimpi kehilangan
Kelembutannya merasuk jaringan syaraf
Menebarkan keharuman yang melumpuhkan

Langit saga semburatkan pilu
Jalanan berbatu,sarat beban
Tak tajam namun menjebak

Lelehan darah, keringat dan airmata
Menyirami tunas yang tumbuh.
Kasihnya dititipkan dalam detak jantung
Tak berhenti kecuali mati

Kata yang mengharu biru
Lahir dari rahim ketulusan
Tiga kata yang sedehana
Memahat tapaknya dalam jiwa
Ibu.
Gresik,2008
Acak dewi

DI ATAS AKAR

Di pujuk pinang bergelayut impian
Kanan cahaya menggugah, Kiri api membakar
Aku diatas akar tak mampu memandang keduanya
Diganduli gumpalan tanah, Aku merangsek menaikinya
Batang rapuh dilumuri jelagah dosa, persengkokolan nafsu yang terpeluk erat
Merambat seperti bayi mencari celah, dalam bayang cermin, wajahku menghitam.

Mimpi kubasuh jelaga dengan warna putih, memutari mata, hidung, pipi dan terakhir garis bibirku.
Terus kukejar makna, pelabuhan cahaya mendekatlah ,aku ingin berenang meneguk airnya dalam kerongkongan, kusimpan dalam labirin, tak akan tumpah lagi
Gejolak menjemput dan mengikat alunan surgawi.
Kupanjat dengan kekuatan air mata, mengucur, menghalau kekuatan jahat,
Buah pinang yang memerah akan kuluruhkan.

Dari tulang rusuk ini aku memompa darah
Tersungkur tubuh membenamkan arogan
Kaki amblas ditarik kekuatan bumi
Samudra sampai…sampailah aku padamu
Hingga hanyut mengantarku pada pucuk pinang
Yang berhadiah cahaya
Subhanallah, Allah Maha Kasih.
Gresik, 2008
Acak dewi

DEMONTRASI PAGI INI

Jatuh cinta
Bertemu dengan sahabat lama,Tempat aku gila - gilaan,Tak ada tabir, tak ada dusta, pemenuhan kerinduan yang terlampiaskanKelembutan tak sampai padaku
hati ini hamparan tanah gersang dan kasar.
Rumah tak lagi banyak cahaya, temboknya dihinggapi laba - laba memburamkan relung nurani.
Cinta, Anugrah tertinggi dari Allah merasakan manis, sakitnya dan kesegaran otak yang menyemburkan hamparan kesadaran dan ketajaman perasaan perlahan - lahan tumbuh, berkembang dan berbunga indah.
Penyadaran dengan tumpahan isi hati membuahkan catatan terdalam, mengalirkan darah ke otak diteruskan ke nadi memompa energi yang teryakini mampu membersikan pikiran dan perasaan kembali bening.
Tergila-gila
Kekasih yang terdiam memendam perasaan, sisa rahasia malamPerguliran rasa menyisakan tanya kemana hilangnya kelembutan lewat persentuhan malam ini.
Geliat terpenjara dari waktu ke waktu, harus ada kata yang meluncur diatas air es ini hingga mengguratkan tulisan nyata.
Apa yang terjadi ? rasa sesal perlahan menyelamatkan dunia yang terasingkan. kekasih tersungkur dalam dekapan dan mengalirkan muara airmata yang tak pernah sampai pada lautan kepongahan.
Aku mendesah dalam kelamnya malam.
Lenganmu yang kokoh selalu mengajarkan padaku berbuat ikhlas dan merebut waktu yang teraniaya oleh kesombongan dan arogan dari seorang kekasih.
aku berharap cinta sampai padaku lewat kemarau yang aku jelajahi.Malam ini aku ingin berada dalam naunganmu dan bersembunyi dalam nikmatnya alunan kecapi yang tertiup selalu untukku.
Gairah
Monster berkepala melon datang membawa kesadaran mengerikan, dunia adalah onak dan duri, pergulatan nafsu.
Hari ini pesta kembali di mulai, kami berjingkrak dan menangisi kepergian rival kami yang tercinta. Induk semang yang berangkat mencari kepuasan. Kesadaran sepertinya kian menjauh.
Runtuhan air
Tak lagi terasa menyejukkan relung sukma yang mengering karena noda, terkuasai tumpahan hasrat yang menyeretnya jauh kedalam neraka.
Masihkah ada jalan untuk kembali ? harus di mulai dari mana sedangkan kaki ini sudah terasa menancap di jalur yang sesat.
Air…air ….. seperti apa rasanya airmata kenikmatan, Air laut ketika diteguk semakin mengejar untuk kembali dahaga , tak terpuaskan sampai terjadi pertumpahan darah.
Darah yang ternoda mengaliri ,membanjiri orang – orang terkasih yang tak lagi nantinya dapat ku sentuh lagi.
Keperkasaan sejati
Ku rindukan tangan yang mampu menelanjangi dan memandikan aku dengan busa kesadaran dan percikan gairah untuk kembali ke jalan cahaya.
Akan kukawini bila sanggup menerbangkan aku menemui kebenaran yang telah terputus jauh.
Kematian merambat, menguasai saraf dan membusukan seluruh jaringan darah menjadi seonggok daging santapan burung pemakan bangkai .
Aku tengadahkan tubuhku untuk menyaksikan langit menghitam dan runtuh.
Berputar
Gairah mengarus perlahan, terasa ada yang hangat.
tiba – tiba aku ingin menggelutinya dan membiarkannya menjilati seluruh jiwaku.
Berdiri aku dalam keheningan yang dalam dan menikmati perjalanan luka panjang dan menuntut.lembut , lapang dan kesadaran telah asing .berkejaran dengan sebagian roh anak, suami dan bayangan ibuku yang semakin menghitam.
membabi buta menyeret , menggelamkan aku pada peti mati. Aku berteriak tanpa suara. Ke dalam relung hampa.
Kesadaran
Keseimbangan seperti apa ini yang selalu lari setiap kali memasuki area kebenaran, berputar pada lingkaran setan.
Mengarus
rasa apa ini yang mencengkeramku, seperti menganiaya tanpa suara, mematikan seluruh syarafku, aku…aku… aku… tenggelam. siapakah yang sanggup menolong aku mengentaskan segala sukma ini.
Aku sudah terlampau jauh….

Acak Dewi Dalam kotak kaca Pelataran Monas 2008

BIDADARI

Aku seorang ibu. Aku bekerja tiga perempat bulan. Bukan bulan yang biasa kita temui malam hari. Tapi Bulan yang mengajari kita berhitung,1,2,3 sampai 31.

Pagi dimulai berkejaran dengan matahari, melawan dingin dan kantuk aku mengusung berbagai benda diruangan yang terlempar dari keranjang mainan. Piring bergesekan meminta perhatian karena risih semalam menanggung kotoran. Aku mengambil corong dan mulai memperdengarkan suaraku ketelinga tiga dara yang masih terlelap. Tiga dara yang selalu membuat aku senewen karena tak pernah mampu menembus ruang mimpi mereka. aku bersuara kali ini lebih mirip ribuan tawon yang menyerang musuhnya, berdengung dan menyengat.

Perlahan tiga dara mulai menunjukan reaksi. Yang paling peka adalah si kancil Assyah meliuk-liukan tubuh mungilnya, tapi ketika kakinya terbentur benda didekatnya maka benda itu diraih dan dipeluknya kembali berlayar melanjutkan petualangan. Aku mendengus karena tak berhasil menariknya keluar.

Lamat lamat aku dengar si montok Nala menggumam dan melebarkan matanya, mulailah dia menggosok-gosokan kakinya dan mencari lipatan paha yang biasanya membuatnya tertidur lagi tapi kali ini aku lebih sigap, kudekatkan aroma susu coklat tepat di hidungnya, tak butuh waktu lama aroma itu menyentuh kesadaran dan membangkitkan memorinya yang selalu ketagihan dengan susu coklat. buru-buru dia bangun dan mencari gelas yang ada ditanganku. Tanpa babibu langsung ditenggaknya tandas.

Maka dialah yang pertama menjadi pasienku, aku menggiringnya memasuki ruangan yang penuh jutaan butiran embun yang terkumpul dalam bak semen.Tubuhnya montok bergerak mengikuti ayunan tanganku mengusapkan busa sabun. Diam-diam aku bangga padanya .dia adalah lambang keberhasilanku mengurus gizi yang menjadi symbol kemakmuran.,ditambah lagi wajahnya mewarisi keindahan boneka India,wajah bulat,mata besar dan hidung mancung, usai pembersihan, tanpa disuruh dia bergegas memakai pakaiannya sendiri yang telah aku siapkan tadi malam.

Kini giliran si lincah rintul, dengan tendangan kaki mengedor triplek penyekat kamar dia terbangun,.setengah terpejam satu persatu dilucuti gaun malamnya, setengah telanjang dia berlari menyongsong pancuran air yang memang sengaja aku pasang untuk mengisi bak, terdengar lirik lagu pop mengalun dari bibirnya. Tak lupa teriakan histeris konser bergema lewat pantulan dinding kamar mandi.Hanya lengkingan mautku yang mampu menghentikannya.Berjinjit dia keluar diiringi tetesan air dari sekujur tubuhnya, diraihnya handuk dan dibalutkannya ketubuhnya.

Aku menengok matahari sampai dimana, dari celah jendela dia menyembul menyeringai mengingatkanku bahwa sebentar lagi aku akan kalah karena dia sudah semakin tinggi.

.Aku telah ditunggu perusahaan digdaya. Perusahaan yang memiliki gerbang terkatup, Orang berlari, Sirine melolong. Ada arca batu melotot. kutipiskan tubuh agar dapat masuk . Berada dilorong berkamar-kamar. Setiap kamar memiliki aura berbeda. berisi kumpulan terpilih : Bapak penguasa, mama macan, dan pakne bunglon. penghuninya suka beradu kekuatan, berlompatan membunuh karakter. Kepala ruanganku Tante menor, usia 43 tahun, Tubuh molek . Kerlingan mata meluluhkan, sempurna kecuali bibirnya, kanan –kiri mirip ikan lajur. Big Bos selalu terpesona oleh harum bau mulutnya padahal sebagai anak buahnya yang setiap hari bergaul dengannya kami tak kuat menahan bau busuk menyengat setiapkali Tante menor berkata-kata, pasti ada yang salah sampai akhirnya kami sepakat memeriksakan indra penciuman kami pada dokter specialis THT tapi semuanya dinyatakan normal.

Tante menor menjadi simbol keperkasaan wanita , selalu siap dalam segala cuaca untuk perusahaan ini, memakai kedok manager produksi ia sanggup melindas apa yang ada di depannya . Apa yang dilakukanya selalu berorientasi pada kantongnya, keringat anak buahnya diperas untuk sebuah penghargaan yang takan sampai ketangan anak buahnya tapi selalu mendarat mulus di seperangkat perhiasan, rumah bahkan rangkap jabatan dikalungkan padanya sebagai simbol prestasi. sedangkan anak buah hanya dianggap makhluk gaib yang tidak pernah tampak kehadiranya apalagi kemampuan kerjanya. Nol. Kalau toh ada dianggap wajar sebagai konpensasi dari gaji yang mereka terima.

kami menemukan bukti bahwa apa yang seharusnya menjadi hak kami tidak pernah tersampaikan. kami di bentangkan dengan gamblang bahwa perjalanan kerja kami tidak fair.

Kali ini tender besar. Kami sudah membayangkan akan mendapatkan beberapa lembar uang yang akan kami gunakan untuk menyenangkan keluarga yang jarang kami lakukan. Kami berubah menjadi setan setan yang bekerja bagaikan kilatan cahaya,.keringat menetes tak kami hiraukan, kami anggap sebagai air menyejukan yang memandikan kami, semua rampung. kami menunggu konpensasi turun, lama ….. kami menunggu dengan sabar, kabar datang dan mengagetkan bahwa sebenarnya nama-nama kami tidak terdaftar sebagai pekerja proyek ini.Lunglai sudah.

kami berkumpul dan berencana untuk berdemo langsung ke Big Bos,segalanya telah dipersiapkan., tapi sebelum kami bergerak, turun undangan meeting dengan catatan yang tidak hadir berarti mengundurkan diri. rapat yang dicanangkan kepada kami adalah masalah perampingan perusahan, barangsiapa yang terlibat demo apapun juga posisinya tak akan pernah aman.

Tante menor membawa serentetan catatan lubang lubang yang ada pada kami sebagai senjata untuk merantai kami. Semua terdiam memendam perasaan, tiba-tiba teman kami adinda mengeliat, jatuh tersungkur, tubuhnya mengejang, ada apa adinda ? adinda duduk terus menggumam, terpejam, merangkak mendekati kami, melompat dan menari-nari seperti penari balet, tepat didepan tante Menor dengan lembut meraba gaun tante menor merambat dan ingin melucuti seluruh gaunnya, Tante Menor berteriak ketakutan namun tak ada yang berani mendekat, sampai Big bos datang bersama sekuriti menyeret adinda, sebelum mereka menghujaninya dengan pukulan kami membawa adinda keluar ruangan. Kami berkumpul dan berdoa bersama menenangkan adinda sampai matanya kembali terbuka.

Didorong matahari senja aku bergegas kembali ke peraduan bertemu tiga dara. Kilatan cahaya matanya menyambutku , oase bibirnya bagaikan madu menempel dipipiku, aku cium aroma tubuh ke tiga daraku harum menenangkan . Si kancil assyah duduk dipangkuanku memainkan bebek mungilnya bergumam kearahku meminta diterbangkan berkeliling ruangan, setelah itu kami berempat berangkat menikmati guyuran air dingin sasampai ubun-ubun kami mengeluarkan panas, menguapkan semua keluh. Aku kembali berada di surga dengan dikelilingi tiga bidadari.

Acak dewi
Gresik, 2008

pesona kehidupan

Seringnya, sebagai seorang dewasa, kita begitu tenggelam dalam daftar kegiatan ,kekesalan, kepedihan,dan ketakutan, begitu kacau balau dengan sampah harian sehingga kita lupa melihat keajaiban dan pesona kehidupan yang begitu alami. Berapa banyak keseimbangan dan perpsektif yang kita peroleh, dengan kembali pada ke keajaiban itu beberapa menit setiap hari ?