Selasa, 28 Oktober 2008

DEMONTRASI PAGI INI

Jatuh cinta
Bertemu dengan sahabat lama,Tempat aku gila - gilaan,Tak ada tabir, tak ada dusta, pemenuhan kerinduan yang terlampiaskanKelembutan tak sampai padaku
hati ini hamparan tanah gersang dan kasar.
Rumah tak lagi banyak cahaya, temboknya dihinggapi laba - laba memburamkan relung nurani.
Cinta, Anugrah tertinggi dari Allah merasakan manis, sakitnya dan kesegaran otak yang menyemburkan hamparan kesadaran dan ketajaman perasaan perlahan - lahan tumbuh, berkembang dan berbunga indah.
Penyadaran dengan tumpahan isi hati membuahkan catatan terdalam, mengalirkan darah ke otak diteruskan ke nadi memompa energi yang teryakini mampu membersikan pikiran dan perasaan kembali bening.
Tergila-gila
Kekasih yang terdiam memendam perasaan, sisa rahasia malamPerguliran rasa menyisakan tanya kemana hilangnya kelembutan lewat persentuhan malam ini.
Geliat terpenjara dari waktu ke waktu, harus ada kata yang meluncur diatas air es ini hingga mengguratkan tulisan nyata.
Apa yang terjadi ? rasa sesal perlahan menyelamatkan dunia yang terasingkan. kekasih tersungkur dalam dekapan dan mengalirkan muara airmata yang tak pernah sampai pada lautan kepongahan.
Aku mendesah dalam kelamnya malam.
Lenganmu yang kokoh selalu mengajarkan padaku berbuat ikhlas dan merebut waktu yang teraniaya oleh kesombongan dan arogan dari seorang kekasih.
aku berharap cinta sampai padaku lewat kemarau yang aku jelajahi.Malam ini aku ingin berada dalam naunganmu dan bersembunyi dalam nikmatnya alunan kecapi yang tertiup selalu untukku.
Gairah
Monster berkepala melon datang membawa kesadaran mengerikan, dunia adalah onak dan duri, pergulatan nafsu.
Hari ini pesta kembali di mulai, kami berjingkrak dan menangisi kepergian rival kami yang tercinta. Induk semang yang berangkat mencari kepuasan. Kesadaran sepertinya kian menjauh.
Runtuhan air
Tak lagi terasa menyejukkan relung sukma yang mengering karena noda, terkuasai tumpahan hasrat yang menyeretnya jauh kedalam neraka.
Masihkah ada jalan untuk kembali ? harus di mulai dari mana sedangkan kaki ini sudah terasa menancap di jalur yang sesat.
Air…air ….. seperti apa rasanya airmata kenikmatan, Air laut ketika diteguk semakin mengejar untuk kembali dahaga , tak terpuaskan sampai terjadi pertumpahan darah.
Darah yang ternoda mengaliri ,membanjiri orang – orang terkasih yang tak lagi nantinya dapat ku sentuh lagi.
Keperkasaan sejati
Ku rindukan tangan yang mampu menelanjangi dan memandikan aku dengan busa kesadaran dan percikan gairah untuk kembali ke jalan cahaya.
Akan kukawini bila sanggup menerbangkan aku menemui kebenaran yang telah terputus jauh.
Kematian merambat, menguasai saraf dan membusukan seluruh jaringan darah menjadi seonggok daging santapan burung pemakan bangkai .
Aku tengadahkan tubuhku untuk menyaksikan langit menghitam dan runtuh.
Berputar
Gairah mengarus perlahan, terasa ada yang hangat.
tiba – tiba aku ingin menggelutinya dan membiarkannya menjilati seluruh jiwaku.
Berdiri aku dalam keheningan yang dalam dan menikmati perjalanan luka panjang dan menuntut.lembut , lapang dan kesadaran telah asing .berkejaran dengan sebagian roh anak, suami dan bayangan ibuku yang semakin menghitam.
membabi buta menyeret , menggelamkan aku pada peti mati. Aku berteriak tanpa suara. Ke dalam relung hampa.
Kesadaran
Keseimbangan seperti apa ini yang selalu lari setiap kali memasuki area kebenaran, berputar pada lingkaran setan.
Mengarus
rasa apa ini yang mencengkeramku, seperti menganiaya tanpa suara, mematikan seluruh syarafku, aku…aku… aku… tenggelam. siapakah yang sanggup menolong aku mengentaskan segala sukma ini.
Aku sudah terlampau jauh….

Acak Dewi Dalam kotak kaca Pelataran Monas 2008

Tidak ada komentar: